Keug Modang: Monograf Lengkap tentang Mandau dalam Masyarakat Adat Modang

Keug Modang, mandau, Dayak Modang

mandau modang - cover

Jika ada Kuis, atau ditanyakan, “Apa senjata tradisional khas Dayak, selain sumpit?” maka jawabannya pasti yang demikian itu.

Tidak salah! Hanya saja, belum lengkap. Pontennya tidak optimal. Baru mendapat nilai kursi terbalik. Si “murid” masih perlu menambah lagi khasanah pengetahuannya. Perlu belajar.

Membaca buku ini dengan saksama, dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, kita baru tercelik. Bahwa Mandau dalam masyarakat Dayak pada umumnya, dan masyarakat Dayak khususnya, bukan hanya untuk “berperang”. Ia, mandau itu, multi-fungsi. Juga multi-sisi.
Baca Gnōthi Seauton!

Mandau alat penting dalam kehidupan baik untuk mencari nafkah atau untuk mempertahankan diri dari ancaman dan juga perlengkapan dalam suatu upacara adat khususnya bagi Pria. Tidak terkecuali juga bagi wanita, keperluan saat berladang atau ke kebun dan ke hutan selalu membawa Mandau yang menjadi penjaga diri dan alat untuk bekerja.

Pustaka ini patut disambut hangat kita semua. Suatu upaya menggali dari dalam isi khasanah sendiri tacit knowledge yang diturunkan orangtua generasi ke generasi.  Siapa lagi, jika bukan kita? Kapan lagi, jika bukan saat ini?

Buku yang membongkar mispersepsi. Sekaligus stereotipe keliru orang luar yang mengira dengan membawa mandau ke mana-mana, bilamana saja, orang Dayak mengajak perang. Atau menyerang. 
Mandau bagi masyarakat Modang, Kalimantan Timur, ternyata multiguna.Apa gunanya? Mandau adalah alat penting yang multifungsional bagi setiap orang didalam kehidupan masyarakat adat Modang khususnya bagi kaum pria yang sudah semestinya memiliki Mandau.

Setiap hari Mandau selalu digunakan untuk berbagai kegiatan. Berladang, berburu, membentuk kerajinan, mengambil rotan, memotong kayu untuk memasak dan lain-lainnya, tidak akan lepas dan selalu menggunakan Mandau.
Baca Tumbang Anoi 1894 Sebagai Literasi Politik Dayak

Maka keliru persepsi orang luar yang mengira bahwa dengan membawa mandau ke mana-mana, bilamana  saja, orang Dayak senantiasa mengajak perang. Atau menyerang.

Apa bedanya dengan kita, orang modern, zaman now yang ke mana-mana membawa alat untuk hidup? Mobil, laptop, HP, dan sebagainya. Itu semua adalah “alat untuk hidup”. Tanda sigap. Setiap saat dan pada tiap tempat dapat digunakan!

Terbitnya buku ini memberikan penerangan yang seterang-terangnya. Bahwa Mandau multiguna, berbagai jenis, serta punya filosofi tersendiri.

Lewat mandau, dan filosofinya, kita menyelami adat budaya dan kekayaan tradisi klan atau subsuku Dayak, Modang. Dayak Modang adalah sub Suku Dayak yang menempati kawasan Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. 

Karya tulis Frans Jiu Luay, yang ditelitinya bertahun-tahun, diterbitkan dengan penuh perjuangan. Seorang cendikiawan Dayak Modang yang berdedikasi. Berwawasan luas. Seorang cendikiawan yang terpanggil membangun pengertian, dari dalam, bagaimana Dayak Modang sesungguhnya hidup, berada, berelasi, dan menempatkan Mandau dalam kehidupan sehari-hari.

Terbitnya buku kerja sama berbagai pihak ini patut disambut hangat. Bukan saja menambah satu terbitan yang menggali khasanah Dayak “dari dalam”. Buku ini juga mencelikkan, menerobos mispersepsi, serta membantu kita memahami sekaligus menyelami kehidupan Dayak Modang melalui Mandau.

Buku ini berukuran 14 x 21 cm dan berhalaman 106 halaman. Peminat buku bisa mengontak Frans Jiu Luay di 081254246578. 

Penerbit/ pencetak: Sinar Bagawan Khatulistiwa kerja sama dengan Lembaga Literasi Dayak.

Luxus. Full color. Dicetak dalam kertas HVS 100 gram. Tahan hingga ratusan tahun sebagai dokumen tertulis. *)
Baca Labeling "Dajak" Di Masa Lalu

LihatTutupKomentar