Masri, Paran, dan Tamtama: 3 Pegiat Literasi Dayak di Jakarta

Literasi Dayak di Jakarta, Dayak, Forum Dayak asal Kalimantan Barat (FDKJ), Paran Sakiu, Agustinus Tamtama Putra, Dayak Krio

Literasi Dayak mulai menggeliat tahun 1980-an, ditandai dengan munculnya para penulis dan pengarang Dayak. Kini di era digital, kesempatan memiliki media dan mengebangkannya untuk publik yang luas; semakin mengukuhkan eksistensinya.

Dengan motto "Dayak menulis dari dalam", Masri Sareb terutama berkehendak mem-branding Dayak dalam citraan yang benar, faktual, apa adanya seperti yang sejatinya. Bukan komodifikasi budaya, atau sekadar menangkap sebatas kulit ari tampak luar, hal-hal yang "bernilai berita", dan objek laku dijual yang eksotik sebagaimana selama ini dinarasikan dan dipublikasi orang luar Dayak.

KIta mengalami bahwa banyak sekali bias publikasi Dayak ditulis orang luar. Orang luar menulis Dayak berangkat dari pemahaman, konsepsinya serta pemahaman yang minim. Sedemikian rupa, sehingga banyak kesalahan dalam hal substansi. Lebih banyak lagi kekeliruan dalam hal akurasi, penulisan rupa bumi, nomen clatur, peristilahan, dan sebagainya.

Maka Dayak memang harus ditulis dari dalam!
Baca Literasi Dayak

Tamak bahwa apa yang disebut "post truth" pemutarbalikkan fakta dan mis-lead masih ditemui era digital di dalam narasi yang ditulis orang luar Dayak. Untuk itulah portal berita dan informasi ii ada. Untuk itu pula, Dayak harus semakin banyak ditulis "dari dalam" untuk mematahkan citraan dan agenda setting yang sengaja dilakukan pihak luar.

Siapakah ketiga pegiat literasi Dayak di Jakarta itu?

Masri Sareb Putra kiranya tidak perlu dijelaskan lagi. Silakan tanya mbah Google jika ingin tahu kiprah dan karyanya di bidang literasi dan publikasi seputar topik Dayak.
Kunjungi Masri Sareb Putra
Juga baca ini Sastrawan Dayak

Paran Sakiu seorang pendidik di Jakarta. Ia juga menonjol dalam penguasaan dan pemahaman hal adat dan budaya Dayak, aktivis di Forum Dayak asal Kalimantan Barat (FDKJ). Paran telah menulis dan menerbitkan 3 buku solo ber-ISBN, yakni Menimba dari Sumur Yakub, Seusai Pesta Naik Dango, dan Hari Terakhir.

Adapun Agustinus Tamtama Putra menulis buku Dayak Krio. Ia seorang pendidik dan pegiat literasi, lulusan dari STFT Widya Sasana Malang dan melanjutkan pascasarjana di STF Driyarkara, Jakarta.

Ketiga pegiat literasi Dayak yang bermukim di Jakarta itu semuanya bergelar akademik "Master" di bidang ilmu sosial, pendidikan, dan filsafat. 

Selain memiliki dan mengelola penerbitan analog, mereka juga memiliki dan mengelola berbagai media digital berbasis Google AdSense. *)

LihatTutupKomentar