Sastrawan Dayak

 

Sastra tentu jah lebih spesifik. Ia bagian terkhusus dari literasi. Tidak setiap orang yang literat otomatis sastrawan. 

Jadi ada keterampilan literasi khusus yang dimiliki seorang sastrawan. Suatu takaran yang pastinya Pembaca maklum baik dari pengalaman maupun dari belajar di bangku sekolah. Di SMP, SMA, hingga perguruan tinggi misalnya --terutama yang mengambil jurusan bahasa dan sastra Indonesia-- kita wajib mengenal, menghafal, bahkan mengingat pengarang dan judul buku karya sastranya.
Baca Literasi Dayak

Dari pengetahuan dan pengalaman itu, kita mafhum. Bahwa ranah Minang, jadi orang-orang Minangkabau, yang sangat subur tanahnya melahirkan para munsyi, sastrawan, dan pengarang.

Kita (baca: Dayak), meski fakta ini cukup menyakitkan, tertinggal 100 tahun atau seabad dibandingkan dengan sastra Minang. Tak apa-apa! Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. 

Siapa, atau dari mana, kita mulai menonggaki "Sastra Dayak"? Di aras nasional, sastrawan Dayak mulai dikenal tahun 1970-an. Lewat sosok Fridolin Ukur dan Korrie Layun Rampan. Dari merekalah budaya-sastra itu mengalir. 
Baca Dayak Harus Menulis Dari Dalam

Siapa sastrawan Dayak? Wikipedia telah menayangkan senarai nama mereka.

Namun, di buku ini, lebih spesial. Kardinal Sastra Indonesia, Korrie Layun Rampan dan Masri Sareb Putra (angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia) menghimpun nama dan karya mereka. Telah terbit 1 jilid, menyusul jilid yang berikutnya.

Inilah hasil dari googling di Sastrawan Dayak

Sastrawan Dayak mengacu pada sastrawan berketurunan Dayak yang menulis sastra dengan bahasa, kata-kata, dan gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab bukan bahasa sehari-hari oleh penulis Dayak tentang Dayak yang diterbitkan untuk publik. Fridolin Ukur (1971) dan Korrie Layun Rampan (1976) dapat disebut awal mula sastra Dayak dikenal luas lewat karya mereka yakni Tantang Jawab Suku Dayak dan Upacara

Sastrawan Dayak makin kukuh kedudukannya ketika Ding Ngo, yang secara tekun dan berkanjang menulis epos Lawe, kisahan Mahabrata-nya orang Kayan yang terdiri atas 5 volume yang kemudian diterbitkan Gadjahmada University Press pada 1984-1985.

Korrie dan Masri (2016) menyenaraikan sastrawan Dayak masa ke masa, terhitung sejak awal masa kemerdekaan Indonesia yang berikut ini.

Fridolin Ukur
Ding Ngo
Korrie Layun Rampan
R. Masri Sareb Putra
Tawi Ballai
JJ. Kusni
Burhanuddin Soebely
Alexander Mering
Aliman Syahrani
Rahmadi G Lentam
Garege Takus (Yohanes S. Laon)
Jimbun anak Tawai
Jastin M.
Yuni Nurmalia
Sandy Firly
Anak Osup
Nico Andasputra
Thresia Hosanna
Nani Neye Emelia
Mirintan Ophelis Binti
Arsyad Indradi
Helwatin Najwa
M.S. Gumelar
Paulus Florus
Paulus Lion Morry Oddy
Budhi Borneo
Liu Ban Fo (Munaldus)
N. Diana
Budi Dayak Kurniawan
Budi Miank
Yuni Nurmalia
Flora Inglin
Pio D. Kristie
Zulhamdani
Rusmala Dewi
Bachrin Masjhoer
Yurnalis Ngayoh
Yully Redzie
Elisaputra Lawa
Brill A. Marludi
Hermiyana
Erika Adriani
Novi Sudarman
Fitriani Um Salva
Dayeng

Itu senarai yang terindeks di Wikipedia. Namun, seiring waktu. Maka bilangan jumlahnya kian hari makin bertambah. 

Sudah tentu, pertambahan itu patut untuk disyukuri. Dan pastinya akan ditambahkan pada senarai sastrawan Dayak yang telah ada ini. Dengan kriteria yang sudah baku, sebagaimana kedua penyunting buku ini lakukan. Jadi tidak sembarangan. Ada kriteria serta metodenya.

LihatTutupKomentar