Suwido Limin, Pakar Lahan Gambut: Tak Menulis, Nyaris Dilupakan

Suwido Limin, model V , gambut, tropika, CIMTROP, Universitas Palangka Raya

  • Suwido Limin, pakar gambut yang mendahului pakar lain.
LiterasiDayak : Kurang apa dari Suwido Limin ? Boleh dikatakan, ia pakar lahan gamut pertama yang terkemuka di bidangnya.
Soal tanah gambut. Serta bagaimana mengusahakannya agar produktif dan tetap lestari. Jangan menaruh syak wasangka padanya. Mengapa? Sebab Suwido Limin adalah pakar pertama menemukan metodenya. 

Ketika itu. Suwido Kepala UPT Centre for International co-operation in sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP) Universitas Palangka Raya. 

Nah, yang kurang adalah: Suwido Limin tak menulis! Kepakarannya nyaris tak ada bekas. Benarlah pepatah petitih: verbba volant, scripta manent. Apa yang diucapkan berlalu, tapi yang dituliskan, abadi.

Maka sayang Suwido Limin tak mengabadikan kepiawaiannya.

Apa yang dilakukannya luar biasa. Sedemikian rupa, sehingga mengundang decak kagum. Lalu banyak pihak tertarik melakukan riset pada hutan dan lahan gambut tropika. Sayang sekali jejaknya tak ada pertinggal. 
Baca Artificial Intelligence Berpotensi Meningkatkan Kualitas Dan Produktivitas Penulis Dayak

Mahasiswa Suwido pun tidak seperti Plato. Yang dengan tekun merekam, dan kemudian menulis buah pemikiran dan ucapan-ucapan Socrates, sang guru.  Socrates adalah seorang filsuf Yunani kuno yang hidup pada abad ke-5 SM di Athena. 

Socrates dikenal karena pendekatan filosofisnya yang unik, di mana dia lebih suka berbicara dan berdiskusi secara lisan dengan para pengikutnya daripada menulis karya-karya tertulis. Socrates tidak menulis buku atau karya tulisnya sendiri. Sebagian besar pemikiran dan filosofi Socrates terdokumentasi melalui tulisan-tulisan murid-muridnya, terutama Plato.

Pakar harus menulis. Mengapa demikian? Hal itu karena menulis adalah cara mereka meninggalkan warisan dan menghasilkan arsip pengetahuan. Tanpa penulisan, pengetahuan akan hilang seiring berlalunya waktu. Kita perlu mengingat bahwa tanpa penelitian dan dokumentasi, tidak ada warisan yang akan ditinggalkan.

Oleh sebab itu, kini para dosen apalagi profesor di Indonesia wajib meneliti dan publikasi. Jika tidak ada hasil riset, dan publikasi, tunjangan jabatan akademik (JJA), tertahan. Sampai menghasilkan.

Pakar dan akademisi bertanggung jawab secara etis untuk menulis dan menerbitkan hasil penelitian mereka. Ini bukan hanya tentang kewajiban hukum, tetapi juga tentang pandangan deontologi bahwa jika sesuatu adalah baik, maka ia menjadi wajib. 

Menulis dan publikasi penting. Mengapa karena banyak orang cenderung abai atau lalai dalam menjalankan kebaikan. Prinsip "Verba volant, scripa manent" (kata-kata berlalu, tulisan tetap) menyoroti pentingnya menulis sebagai cara untuk meninggalkan jejak dan arsip pengetahuan yang abadi.

Literasi Dayak

Pakar harus menulis. Mengapa demikian?
Hal itu karena menulis adalah cara mereka meninggalkan warisan dan menghasilkan arsip pengetahuan. 

anpa penulisan, dan liteasi dasar, pengetahuan akan hilang seiring berlalunya waktu. Kita perlu mengingat bahwa tanpa penelitian dan dokumentasi, tidak ada warisan yang akan ditinggalkan.

Suwido Limin adalah contoh yang menginspirasi dari seorang pakar yang telah memberikan kontribusi besar di bidangnya, yaitu lahan gambut. Hasil penelitian Suwido mengungkapkan pentingnya menjaga lahan gambut dan tidak merusaknya dengan aktivitas seperti pertanian kelapa sawit. 

Suwido juga menunjukkan kreativitas dalam menciptakan solusi untuk masalah kebakaran lahan dan mengembangkan model kanal yang efisien. Keahliannya telah mengundang perhatian nasional dan internasional.

Selain pakar bidang pergambutan, Suwido juga seorang pemimpin dalam komunitasnya sebagai Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng. Dalam perannya sebagai pemimpin adat, ia menolak kehadiran organisasi atau individu yang tidak menghormati toleransi dan kemajemukan. Hal ini menunjukkan bahwa peran seorang pakar tidak terbatas pada penelitian, tetapi juga mencakup tanggung jawab sosial dan budaya.

Kontribusi Suwido Limin telah ber dampak yang luas. Atas kepakaran ini, ia menjadi narasumber di media internasional seperti BBC International dan the Washington Post. Selain itu, perannya sebagai Kepala UPT Centre for International co-operation in sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP) Universitas Palangka Raya telah mendorong minat dalam penelitian hutan dan lahan gambut tropika. 

Suwido menunjukkan bahwa penelitian dan kontribusi seorang pakar dapat memiliki efek positif yang jauh lebih luas daripada yang mungkin diperkirakan sebelumnya. Sayangnya, paparan serta papernya yang dipresentasikan, tidak pernah terbit. Tidak ada pertinggal untuk generasi berikutnya.

Pentingnya penelitian, pengabdian masyarakat, dan kepemimpinan etis dalam mencapai perubahan positif dalam masalah lingkungan dan budaya. 

Suwido Limin adalah contoh nyata bagaimana seorang individu dapat berdampak besar ketika mereka menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan komitmen mereka untuk memajukan penyelidikan dan melindungi lingkungan serta nilai-nilai budaya.

Baca Industri Buku Pada Era The New Media

Hanya sayang. Kepintaran, kepakaran, serta gagasannya berlalu seiring yang bersangkutan meninggalkan dunia ini. Tak ada arsip.

Di sini menulis terasa penting di kalangan cerdik cendekia. Tidak menulis, menguap semua kepandaian dan kepakaran kita. Andaikan Suwido Limin, atau setidak-tidaknya mahasiswanya, menuliskan 

Andaikan Suwido Limin Menulis dan Publikasi....
Sebagai bagian integral dari sejarah Indonesia, Dayak telah memainkan peran penting dalam pengembangan budaya dan peradaban di wilayah tersebut. Artefak-literasi seperti Batu Yupa dan prasasti Batu Ruyud adalah bukti penting dari pencapaian sejarah dan budaya Dayak yang telah bertahan sepanjang masa. 

Semua itu sumber berharga pengetahuan tentang tradisi, sistem kepercayaan, dan perkembangan masyarakat Dayak yang tidak boleh dilupakan. Mempelajari dan memahami warisan ini penting untuk menghormati dan menjaga keberlanjutan budaya Dayak.

Sayangnya, tidak semua tentang Dayak dan kedigdayaan serta kepakaran Dayak terekam semuanya. Misalnya, pakar gambut pertama Indonesia, orang Dayak, yakni Suwido Limin.  Baliau ini tidak menulis dan publikasi. 

Andaikan menulis dan publikasi. Tentang rekam jejak temuan serta kepakarannya yang nulli sedundus itu. Sudahlah tentu Suwido Limin akan lebih hebat lagi. Dan pastinya tetap diingat. Bukan sebatas hayat dikandung badan. Tapi juga selama hayat dikandung tanah.

Sayang. Sungguh sayang Suwido Limin tak menulis. Dan meninggalkan skripsi (dari kata Latin: saya (telah) menulis.

Sayangnya. Sejarah tidak mengenal kata "seandainya". (Rangkaya Bada)

LihatTutupKomentar