Partai Persatuan Daya (k)

Partai Persatuan Dayak, PPD, Oevang Oeray, Pemilu 1955

  • Logo Partai Persatuan Daya (k): simpel.
Partai Persatuan Daya (PPD). Pernahkah Anda mendengarnya? Mafhumkah Anda bahwa Dayak pernah punya partai?

Jika belum, inilah manfaatnya literasi itu. Bukan hanya baca-tulis, sebagai literasi dasar, melainkan juga literasi politik.
Baca Literasi Dayak

Untuk diketahui bahwa Partai Persatuan Dayak (PPD) pada 30 Oktober 1945 sebagai metamorfosis dari Dayak In Action dengan J.C. Oevang Oeray sebagai ketuanya. Narasi Tentang Dayak Untuk Branding Dan Untuk Hidup

PPD ini cukup fenomenal karena berhasil mengkultivasikan politik identitas, lebih-lebih lagi karena partai lokal ini ternyata mampu mendulang suara yang cukup fantastis sehingga secara signifikan berhasil menempatkan wakil-wakilnya baik di pusat maupun di daerah.

Pembubaran PPD pada tahun 1959 bukanlah karena "by design" atau perancangan awal, tetapi lebih sebagai hasil dari kebijakan politik yang diterapkan oleh Presiden Soekarno pada waktu itu. Kebijakan politik kepataian waktu itu melibatkan pembubaran partai-partai politik yang berbasis kedaerahan dan kesukuan sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pemerintahan pusat dan mengendalikan dinamika politik di Indonesia.

Setelah PPD dibubarkan pada tahun 1959 sebagai bagian dari kebijakan Presiden Soekarno yang melarang partai-partai berbasis kedaerahan dan kesukuan, beberapa tokoh PPD melanjutkan kariernya di bidang politik dengan berbagai cara. Di antara mereka, Oevang Oeray memilih untuk bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Partindo), salah satu partai yang diizinkan beroperasi oleh pemerintah saat itu.

Pergabungan ini dimotivasi oleh upaya untuk tetap aktif di dunia politik Indonesia dan berkontribusi pada perubahan politik di tingkat nasional. Namun, selama periode politik yang sangat dinamis di Indonesia pada masa itu, banyak perubahan dan pergeseran politik terjadi, sehingga karier politik individu bisa berubah seiring berjalannya waktu.

Selain itu, informasi lebih lanjut tentang bagaimana tokoh-tokoh PPD lainnya melanjutkan karier politik mereka setelah pembubaran partai tersebut mungkin dapat menambahkan konteks dan detail yang lebih kaya terkait dengan perkembangan politik pada periode tersebut.

Pembubaran PPD pada tahun 1959 bukanlah karena "by design" atau perancangan awal, tetapi lebih sebagai hasil dari kebijakan politik yang diterapkan oleh Presiden Soekarno pada waktu itu. 

Kebijakan politik kepartaian waktu itu melibatkan pembubaran partai-partai politik yang berbasis kedaerahan dan kesukuan sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pemerintahan pusat dan untuk mengendalikan dinamika politik di Indonesia.
Baca Mandau, Sejarah, Dan Evolusinya Hingga Era Digital

Pemerintahan Soekarno pada periode tersebut cenderung sentralis dan otoriter. Pemerintahannya berusaha untuk mengurangi pengaruh partai politik yang berbasis di daerah dan menggantinya dengan ideologi nasionalisme Indonesia yang lebih kuat. Oleh karena itu, partai-partai yang dianggap bercorak kedaerahan atau kesukuan seperti PPD menjadi sasaran kebijakan pembubaran.

Pembubaran PPD dan partai-partai serupa pada saat itu lebih terkait dengan kebijakan politik pemerintah yang ingin mengkonsolidasikan kekuasaan pusat daripada dengan pelanggaran ketentuan perundang-undangan tertentu. Hal ini mencerminkan dinamika politik yang ada di Indonesia pada masa itu dan peran yang dimainkan oleh pemerintahan Soekarno dalam mengendalikan partai-partai politik di negara tersebut.ngkan F.C. Palaoensoeka bergabung dengan Partai Katolik.

Inilah awal dari kocar kacirnya politik identitas Dayak. Sedemikian rupa, sehingga setelah zaman keemasan itu orang Dayak tidak mempunyai wadah politik yang esa. Lalu otomatis mereka termarjinalisasikan di negeri sendiri hingga runtuhnya Orde Baru dan politisi Dayak bangkit srta berhasil merebut kembali posisi serta pengaruh politik yang dahulu pernah mereka capai. 

Dalam perspektif sejarah, Partai Persatuan Dayak (PPD) menjadi teladan yang mengajarkan kepada kita bahwa masyarakat Dayak telah memiliki tingkat melek literasi politik yang tinggi sejak lama. Keberhasilan PPD pada masa itu harus dijadikan inspirasi yang harus tetap dipertahankan dari masa ke masa. 

Para pelaku politik, intelektual, dan pemimpin Dayak harus berusaha memahami kunci kesuksesan Partai Dayak saat itu serta bagaimana mereka berhasil mengangkat citra dan keberadaan masyarakat Dayak ke tingkat nasional.

Saat itu, masyarakat Dayak masih memiliki populasi yang terbatas, namun mereka berhasil mendirikan sebuah partai politik yang luar biasa. Hal ini menunjukkan ketangguhan dan komitmen mereka terhadap pengembangan politik dan keberadaan etnis Dayak di panggung nasional. 

Keberhasilan pengurus dan petinggi PPD saat itu adalah cerminan dari kemampuan literasi politik yang mereka miliki, yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi masa kini untuk terus mengembangkan potensi politik dan meningkatkan peran Dayak dalam politik nasional."

Dengan narasi ini, kita menggabungkan sejarah, nilai-nilai, dan motivasi untuk memahami peran politik etnis Dayak dalam konteks sejarah dan juga sebagai inspirasi untuk masa depan.*)

LihatTutupKomentar