Sayembara Cerpen Dayak Bertema Tembawang Masuki Tahap Penjurian

Sayembara Cerpen Dayak, Sastra Dayak modern, Tembawang dalam sastra, Penulis Dayak muda, Alexander Mering kurator sastra, Literasi Dayak Indonesia

 

Tim kurator sayembara Mengarang Cerpen Dayak bertema "Tembawang" dalam sebuah sesi diskuisi daring, antar-bangsa. Ist.

Puluhan penulis dari kalangan sastrawan ternama berpartisipasi dalam Sayembara Mengarang Cerpen Dayak bertema "Tembawang". Ke depan, regenerasi pengarang Dayak menjadi fokus dan agenda utama.

Sayembara Mengarang Cerpen Dayak bertema Tembawang kini memasuki babak penting. Rapat kurasi perdana yang digelar secara daring pada Sabtu (27/7/2025) menandai transisi sayembara menuju tahap penjurian. 

Dalam rapat tersebut, tim kurator menyaring karya-karya yang layak untuk dinilai dewan juri.

Puluhan Naskah Masuk Meja Kurator

Ketua tim kurator, Alexander Mering, melaporkan dinamika pelaksanaan sayembara yang mendapat sambutan luas. 

Baca Dayak Menulis Dari Dalam | Mengapa Perlu?

“Sebanyak 26 cerpen masuk ke meja kurator. Di antara para pengirim, banyak nama besar di jagat sastra regional, nasional, bahkan internasional,” ujarnya. Beberapa karya berasal dari penulis Dayak di Sarawak, Malaysia. Bahkan, salah satu peserta berprofesi sebagai profesor.

Karya-karya yang dikirim mencerminkan keberagaman gaya, pendekatan, dan sudut pandang tentang tema tembawang—kebun adat Dayak yang menyimpan narasi ekologis, historis, hingga spiritual. 

Tim kurator mencatat tingginya kualitas naskah sebagai cerminan kematangan sejumlah penulis, baik yang sudah lama berkecimpung di dunia sastra maupun yang masih muda usia.

Sayembara ini merupakan inisiatif komunitas literasi Dayak yang awalnya digagas melalui diskusi di grup WhatsApp “Literasi Dayak.”

Dari Grup WhatsApp ke Gerakan Literasi Dayak Internasional

Grup Literasi Dayak ini diketuai oleh Dr. Yansen TP, seorang tokoh literasi Dayak sekaligus figur nasional yang telah menulis dan menerbitkan berbagai buku bermutu di penerbit-penerbit ternama. Di bawah kepemimpinannya, grup ini berkembang menjadi ruang diskusi dan gagasan yang produktif. Sayembara cerpen ini adalah salah satu buahnya.

Baca Geliat Literasi Dayak dari Dalam: Tonggak Sejarah Menulis pada 1990-an

Salah satu penopang utama kegiatan ini adalah Jaya Ramba, budayawan dan pelaku pendidikan asal Kalimantan Barat, yang mendanai proses dan hadiah sayembara. Ia menyampaikan harapannya agar sayembara ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga memberi manfaat luas bagi pengembangan literasi Dayak.

“Kita ingin menumbuhkan semangat menulis, tidak hanya bagi para penulis mapan, tapi juga untuk regenerasi. Anak-anak muda Dayak perlu dorongan agar mulai menulis dari pengalaman dan lingkungan mereka sendiri,” kata Jaya.

Sastrawan nasional asal Kalimantan Barat, Masri Sareb Putra, mengusulkan agar pengumuman pemenang dan nominasi sayembara nanti dibarengi kegiatan yang lebih luas. Ia mengusulkan agar panitia menggelar Temu Sastrawan Dayak Internasional, Pra-Kongres Literasi Dayak, serta pameran buku dan pelatihan literasi bagi siswa dan mahasiswa. Kegiatan tersebut direncanakan berlangsung di Sekadau, Kalimantan Barat.

Baca Buku Terbaik Abad 21 versi Pembaca The New York Times: Potret Selera Baca Global

“Ini momentum penting. Sayembara jangan berhenti sebagai selebrasi sastra semata. Ia bisa jadi gerakan literasi yang memperkuat identitas Dayak dalam dunia literatur,” kata Masri, sastrawan yang dikenal sejak awal 2000-an dalam belantika sastra Indonesia.

Sementara itu, Matius Mardani, salah satu panitia, menyampaikan usulan agar semua karya peserta dibukukan dalam sebuah antologi. “Kita memiliki kekayaan tema dan sudut pandang yang luar biasa dari para peserta. Sangat sayang jika hanya tiga atau lima yang dinilai terbaik, sementara lainnya tidak terdokumentasi,” tuturnya.

Tema Tembawang, yang diangkat dalam sayembara ini, merujuk pada kebun warisan turun-temurun masyarakat Dayak. Selain sebagai metafora kultural, tembawang menyimpan potensi narasi yang menyentuh isu lingkungan, identitas, serta nilai hidup bersama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat adat Dayak.

Baca Pemetaan Penulis Dayak dan Buku Ber-ISBN Mencapai Lebih dari 2.347 Judul

Dengan kualitas naskah yang kuat dan partisipasi luas, sayembara ini diharapkan tidak hanya memperkuat eksistensi sastra Dayak, tetapi juga memicu kesadaran lebih luas tentang pentingnya menjaga akar budaya di tengah arus perubahan zaman.

Fokus Agenda Sastra Dayak Mendatang: Regenerasi Penulis Dayak

Evaluasi awal dari tim kurator dan panitia menemukan bahwa sayembara di masa mendatang sebaiknya lebih terfokus untuk menjaring para penulis muda dan pemula. 

Meski sayembara perdana ini didominasi oleh pengarang Dayak yang “telah jadi”, kontribusi mereka sangat menentukan, terutama dalam konteks menghadirkan karya-karya kuat yang menulis dari dalam sebagai pengkoras; suara autentik dari dalam komunitas Dayak itu sendiri.

Baca Industri Buku pada Era The New Media

Para penulis senior telah menunjukkan bahwa sastra Dayak bukan hanya hidup, tetapi juga terus berkembang dalam bentuk dan kedalaman. Namun, kebutuhan akan regenerasi pengarang Dayak juga menjadi perhatian serius. 

Tim kurasi dan juri menginginkan agar generasi muda dapat didorong untuk tampil dan menuliskan realitasnya, sehingga keberlangsungan sastra Dayak tidak terputus oleh jarak generasi.

Sayembara ini diharapkan menjadi batu loncatan menuju ekosistem sastra Dayak yang lebih beragam dan berkelanjutan, dengan jangkauan lintas usia, latar, dan wilayah.

-- Rangkaya Bada/ Tim Literasi Dayak

LihatTutupKomentar