Pemetaan Penulis Dayak dan Buku Ber-ISBN Mencapai Lebih dari 2.347 Judul
Penampakan tangkapan layar WAG Literasi Dayak. Ist. |
Disusun oleh: Masri Sareb Putra, M.A.
Peneliti, Pegiat Literasi, dan Sastrawan Angkatan 2.000 dalam Sastra Indonesia.
I. PENDAHULUAN
Dalam sejarah panjang literasi Indonesia, belum pernah ada satu etnis pun yang melakukan pendataan secara sistematik dan mendalam terhadap para penulisnya sebagaimana dilakukan oleh komunitas literasi Dayak.
Melalui gerakan bertajuk "Dayak Menulis dari Dalam", komunitas ini menunjukkan bahwa narasi tentang Dayak tidak lagi berasal dari luar, melainkan tumbuh dari dalam—dari pena dan pengalaman mereka sendiri.
Tagline tersebut diperkenalkan oleh Masri Sareb Putra pada 30 November 2015. Ia adalah sastrawan Indonesia angkatan 2000 yang konsisten menulis dan membangun ekosistem literasi Dayak. Gerakan ini bukan hanya bentuk afirmasi identitas, tetapi juga strategi pelestarian budaya, pendidikan, dan transformasi sosial berbasis literasi.
Baca Literasi Dayak: Mengapa Dayak Harus Menulis dari Dalam?
II. TUJUAN PENELITIAN
-
Mendata dan mendokumentasikan para penulis Dayak beserta buku-buku mereka.
-
Menunjukkan kontribusi konkret etnis Dayak dalam dunia literasi Indonesia.
-
Mendorong kesadaran budaya melalui publikasi berbasis komunitas.
-
Memberikan inspirasi bagi etnis lain untuk melakukan pendataan serupa.
III. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode partisipatif digital, yaitu pengumpulan data melalui platform grup WhatsApp “Literasi Dayak” yang dibentuk pada 15 Oktober 2022 oleh Dr. Yansen TP, Masri Sareb Putra, dan Matius Mardani. Melalui interaksi harian yang intens, data dikumpulkan, diverifikasi, dan dirangkum dari kiriman penulis sendiri maupun rekan komunitas.
Penggunaan teknologi memungkinkan efisiensi luar biasa dalam pengumpulan dan pemrosesan data. Diskusi, validasi, dan pemetaan berlangsung secara real-time, melibatkan hampir 300 anggota aktif.
IV. HASIL PENELITIAN
A. Jumlah Penulis dan Karya
-
Total Penulis Dayak: Lebih dari 200 orang
-
Jumlah Buku Ber-ISBN yang Ditulis: 2.347 judul
B. Penulis dan Kontribusinya
Kontributor Utama:
Nama Penulis | Jumlah Buku |
---|---|
Korrie Layun Rampan | 280 |
Masri Sareb Putra | 204 |
Wuoh | 27 |
Ming Ming Chy | 25 |
Alexander Mering | 18 |
Suriansyah M. | 17 |
Dosen-dosen ITKK | 15 |
Hamid Darmadi | 14 |
Yansen | 14 |
Tiwi Etika | 14 |
Lambut | 14 |
Sandy Firli | 12 |
Damianus Siyok, dkk. | 12 |
Rahmadi Lentam | 12 |
Aliman | 12 |
Penulis dengan 5–10 Buku:
Nama-nama seperti Nila Riwut (8 buku), Tjilik Riwut (7), Holten Sion Bahat (7), Lio Bijumes (7), JJ Kusni (7), Kristianus Atok (7), Munaldus Nerang (7), Yohanes Bahari (6), dan Thambun Anyang (6) memperkuat pilar literasi Dayak dari generasi ke generasi.
Penulis Pemula dan 1–6 Buku:
Lebih dari 120 penulis tercatat telah menulis antara 1 hingga 5 buku. Hal ini mencerminkan antusiasme dan gairah literasi yang menyebar luas hingga ke pelosok Borneo.
Beberapa di antaranya adalah:
-
Timoteus Tenggel Suan (1)
-
Eka Olivia (1)
-
Sofia, Muara Teweh (2)
-
Vedastus Riky (2)
Anton Surya (3)
Elisae Sumandie (3)
Adil Bertus (3)
Fitri (3)
N. Diana (3)
Thomas Tion (3)
-
Dionisius Meligun (3)
Redemptus Musa (3)
Tina S. (3)
Stefanus Djuweng (3)
Edi Petebang (4)
Paran Sakiu (4)
Stefanus Masiun (5)
Stefanus Amon (5)
-
Oktamia K. Sangalang (5)
Pitalis Mawardi (5)
Tina L (5)
Budi Miank (5)
Wilson (5)
(Senarai nama dan jumlah buku para penulis Dayak, ada pada arsip Admin WAG Literasi Dayak).
V. PERAN TEKNOLOGI DIGITAL
Teknologi telah menjembatani keterbatasan geografis, mempercepat proses dokumentasi, dan membangun ekosistem literasi yang kolaboratif. Melalui platform seperti WhatsApp, Google Docs, dan katalog ISBN daring, penulis Dayak kini bisa saling berbagi, belajar, dan menulis bersama dalam ruang virtual yang saling mendukung.
Grup WhatsApp “Literasi Dayak” tidak sekadar ruang komunikasi, tetapi telah menjadi pusat produksi gagasan, literasi kolektif, dan validasi intelektual.
Baca Industri Buku pada Era The New Media
VI. DAMPAK DAN IMPLIKASI
1. Budaya
-
Penguatan narasi identitas Dayak yang ditulis oleh orang Dayak sendiri.
-
Pelestarian pengetahuan lokal dalam bentuk tertulis dan terarsip.
2. Pendidikan
-
Buku Dayak menjadi sumber literatur alternatif di sekolah dan kampus lokal.
-
Menumbuhkan minat literasi anak muda Dayak untuk menjadi penulis masa depan.
3. Politik Literasi
-
Memperlihatkan bahwa masyarakat adat juga berdaya dalam menulis, bukan hanya menjadi objek studi.
VII. PENDEKATAN KOMUNITAS
Gerakan ini adalah upaya kolektif. Beberapa nama pencetus seperti Dr. Yansen TP, Masri Sareb Putra, dan Matius Mardani telah menginisiasi peta jalan literasi Dayak, dimulai dari pemetaan penulis hingga agenda strategis seperti:
-
Festival Literasi Dayak
-
Pemberian Anugerah Literasi Dayak
-
Perpustakaan Digital Dayak
-
Pelatihan Menulis dan Self-Publishing
Baca Literasi Perang bagi Suku Dayak: Mewarisi Kesombongan dan Keserakahan, Menolak Kekerasan
VIII. KESIMPULAN
Capaian 2.347 buku Dayak bukan sekadar angka. Ia adalah simbol kebangkitan budaya, kemandirian intelektual, dan resistensi halus terhadap hegemoni narasi luar. Dayak tidak lagi didefinisikan, tetapi mendefinisikan dirinya sendiri melalui tulisan.
Jika dahulu Dayak dikenal karena keberaniannya di hutan, kini Dayak dikenang karena keberaniannya di medan pena.
IX. REKOMENDASI
-
Digitalisasi dan Arsip Terbuka: Mengembangkan situs arsip digital karya-karya Dayak.
-
Pendidikan Literasi di Komunitas: Menjadikan menulis bagian dari kegiatan budaya harian di rumah panjang, kampung, dan sekolah.
-
Penghargaan Berkala: Mengapresiasi para penulis yang konsisten dan berdampak.
-
Kolaborasi Multietnis: Menginisiasi jejaring nasional antar-etnis penulis Indonesia.
X. PENUTUP
Gerakan “Dayak Menulis dari Dalam” telah mengubah peta literasi etnik Indonesia. Ini bukan akhir, tapi permulaan. Sebuah bab pembuka menuju masa depan di mana masyarakat adat tidak hanya bertahan, tapi menginspirasi dunia melalui tulisannya.
Penulis/ pengarang yang karyanya belum masuk senarai ini, akan ditambahkan kemudian.
Baca Strategi Kebudayaan Dayak di Tengah Arus Modernitas: Inspirasi dari Komunitas Tionghoa
Dayak hari ini tidak lagi mengutip. Dayak kini dikutip.
Jakarta, 23 Juni 2025