Mgr. Agustinus Agus, M.A. : Motivator ala Anak Kampung
![]() |
Ilustrasi: gambar sampul buku oleh penulis. |
Motivator bukan hanya orang Jakarta. Atau kota besar di Pulau Jawa. Di Kalimantan juga banyak motivator, ala setempat. Salah satunya: Mgr. Agustinus Agus.
Lewat autobiografi ini, uskup agung yang hobi nyanyi dan masak, menyatakan hal itu dengan dengan lugas.
Katanya, "Anak kampung bisa jadi uskup agug. Kalian pun pasti bisa menjadi apa yang diinginkan!"
Dalan pengantar buku ini, uskup agung khas dengan gayanya memberi motivasi. Terutama kepada genarasi muda, harapan bangsa.
Membuat sesuatu selalu mengharuskan kita untuk merenungkan maknanya dengan seksama, dan hal ini juga berlaku dalam penulisan otobiografi yang Anda temukan di sini.
Dalam kisah hidup yang berjudul "Dari Anak Kampung hingga Uskup Agung," saya ingin mengajak semua orang, terutama generasi muda, untuk menemukan semangat dalam diri mereka, untuk mempercayai diri sendiri, dan siap berjuang.
Saya adalah seorang anak kampung, kelahiran dari keluarga Dayak yang sederhana, tumbuh di daerah pedalaman yang jauh dari fasilitas kota. Kampung saya, Kampung Lintang Pelaman, bahkan hingga saat ini masih belum memiliki akses listrik dari pemerintah, sinyal seluler yang susah, dan jalan-jalan berbatu. Tetapi dari situlah perjalanan hidup saya dimulai.
Dari hari-hari saya di Kampung Lintang Lama, Pusat Damai, Nyarumkop, hingga perjalanan saya ke Yogyakarta dan bahkan Amerika, saya telah melalui berbagai tahap dalam kehidupan. Selama perjalanan ini, saya telah menghadapi berbagai pengalaman, baik yang membahagiakan, membuat bersedih, kenakalan, menjalankan hobi dan tugas pastoral, hingga konflik-konflik yang mengguncangkan perasaan dan pikiran saya.
Beberapa kali, saya merasa terpukul, seperti ketika hampir diusir dari Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta, saat menghadapi tantangan di Prefektur Sekadau, atau ketika berhadapan dengan konflik tajam di Sintang.
Semua ini saya pahami sebagai batu loncatan untuk kedewasaan, yang membentuk saya menjadi sosok yang diidolakan generasi muda, dan saat ini saya adalah Uskup Agung Pontianak dengan kepribadian seperti yang Anda lihat sekarang.
Pembuatan otobiografi ini dimulai pada akhir tahun 2006, tetapi tahun berikutnya, semua data yang telah dikumpulkan dan ditulis musnah dalam kebakaran. Namun, dengan tekad yang kuat, saya kembali mengumpulkan informasi dan data sedikit demi sedikit, lalu menulisnya kembali.
Ketika seseorang merasa rentan dalam perjuangan hidupnya, ia akan dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah. Dengan membaca otobiografi ini, saya berharap setiap individu, terutama kaum muda, akan memperoleh keteguhan hati dan semangat yang tak pernah padam. Generasi muda akan terinspirasi untuk menjadi tokoh idola yang berjuang, bukan untuk kesombongan, tetapi untuk menginspirasi semangat dan semangat perjuangan yang saya bawakan.
Otobiografi ini adalah bukan sekadar cerita, melainkan dorongan untuk menjalani hidup dengan tekad yang kuat dan keteguhan hati, meskipun dihadapkan pada tantangan yang berat.
Kerap dalam berbagai kesempatan saya tekankan: Kampung hanyalah lokus, cara pandang dan cara bertindak. Orang kampung bisa saja berpikir dan bertindak ala metropolitan. Sebaliknya, sering orang kota berpikir dan berbuat kampungan!
Jadi kampung dan kampungan itu: beda!
Demikianlah penjelasan mengenai latar dan tujuan penulisan otobiografi ini oleh Mgr. Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak.
Kisah hidup Mgr. Agus ini dipindahkan ke dalam tulisan oleh Chatarina Pancer Istiani. Disunting oleh Masri Sareb Putra. Dan diterbitkan oleh Penerbit OBOR di Jakarta pada tahun 2017 dengan total tebal buku sebanyak 345 halaman. 8)
-- Apai Urang