Jaya Ramba Ucap Syukur atas Pencapaian Terbesar dalam Menulis Puisi
| Jaya Ramba, salah seorang penulis prolifik dan produktif Dayak dalam pencapaiannya memenangkan pertandingan menulis puisi di Malaysia. Ist. |
SARAWAK. Dunia sastra kembali mencatat kabar menggembirakan dari Jaya Ramba. Penulis yang dikenal konsisten berkarya ini mengungkapkan rasa haru dan antusiasme mendalam atas pencapaian terbarunya di bidang penulisan puisi. Dalam pernyataan singkat namun penuh makna, Jaya Ramba menyebut momen ini sebagai prestasi terbesar dalam perjalanan kepenulisannya.
“Just having a feeling of excitement. This is my greatest achievement of writing poetry. Everything is unexpected. Feeling grateful for continuing to persevere,” ungkap Jaya Ramba di laman FB-nya.
Pernyataan tersebut segera mendapat perhatian dari kalangan pegiat sastra, pembaca, serta komunitas literasi, karena mencerminkan perjalanan panjang seorang penulis yang tidak hanya mengandalkan bakat, tetapi juga ketekunan dan kesetiaan pada proses kreatif.
Kejutan yang Datang dari Ketekunan Panjang
Bagi Jaya Ramba, pencapaian ini bukan hasil dari rencana besar atau strategi instan. Ia justru lahir dari proses panjang yang dijalani secara konsisten, bahkan dalam sunyi. Dunia puisi, yang sering kali dianggap sebagai wilayah paling personal dalam sastra, menjadi ruang tempat ia mengolah pengalaman, perenungan, dan kepekaan bahasa.
Rasa “tidak menyangka” yang diungkapkannya menunjukkan bahwa pencapaian ini datang sebagai kejutan, bahkan bagi dirinya sendiri. Namun, bagi banyak pengamat sastra, keberhasilan tersebut justru dinilai sebagai konsekuensi logis dari perjalanan kreatif yang panjang dan berkesinambungan.
Selama bertahun-tahun, Jaya Ramba dikenal aktif menulis dalam berbagai genre. Puisinya memperlihatkan kedalaman refleksi yang khas. Puisi-puisinya tidak sekadar bermain pada keindahan bahasa, melainkan juga menyentuh lapisan emosi, identitas, dan pengalaman manusia sehari-hari.
Dalam konteks ini, pencapaian yang ia rayakan hari ini dapat dibaca sebagai titik temu antara ketekunan, kesabaran, dan kematangan artistik.
Rasa Syukur sebagai Sikap Seorang Penulis
Hal menarik dari pernyataan Jaya Ramba adalah penekanannya pada rasa syukur dan ketekunan. Alih-alih menonjolkan prestasi semata, ia justru menegaskan pentingnya bertahan dan terus menulis, meski hasil tidak selalu langsung terlihat.
Sikap ini mencerminkan etos seorang penulis sejati. Menulis bukan sekadar mengejar pengakuan, melainkan merupakan proses panjang yang menuntut komitmen emosional dan intelektual. Dalam dunia sastra yang sering kali tidak ramah pada proses lambat, ketekunan menjadi nilai yang semakin relevan.
Bagi generasi penulis muda, pengalaman Jaya Ramba dapat dibaca sebagai pesan penting. Pencapaian besar tidak selalu datang cepat, tetapi hampir selalu datang kepada mereka yang bersedia terus berjalan. Bahkan ketika hasil terasa jauh, proses itu sendiri telah membentuk kedewasaan kreatif.
Komunitas sastra pun menyambut pernyataan ini sebagai inspirasi, terutama di tengah tantangan literasi dan minimnya ruang apresiasi bagi puisi. Keberhasilan Jaya Ramba menjadi pengingat bahwa puisi tetap memiliki tempat penting dalam lanskap kebudayaan.
Puisi dan Perjalanan yang Belum Usai
Pencapaian ini bukanlah akhir, melainkan sebuah penanda fase baru dalam perjalanan kreatif Jaya Ramba. Dengan pengalaman dan kepercayaan diri yang semakin matang, banyak pihak menantikan karya-karya puisi berikutnya yang diyakini akan semakin berani dan reflektif.
Puisi, dalam tangan Jaya Ramba, tidak hanya menjadi karya sastra, tetapi juga ruang dialog antara penulis dan pembaca. Ia menghadirkan keheningan, kegelisahan, harapan, dan rasa syukur dalam bahasa yang jujur.
Di tengah arus cepat dunia digital dan budaya instan, kisah Jaya Ramba menunjukkan bahwa berkanjang pada bidang dan passion masih penting, bahkan menjadi kunci utama. Rasa gembira yang ia ungkapkan hari ini bukan sekadar kebahagiaan pribadi, tetapi juga kemenangan kecil bagi dunia sastra. Proses panjang tetap layak dirayakan.
Dengan semangat yang masih menyala, perjalanan menulis Jaya Ramba tampaknya akan terus berlanjut dan menghadirkan puisi-puisi baru yang lahir dari pengalaman, perenungan, serta kesetiaan pada kata.
Ketua Pengerusi Lembaga Sastra Dayak: Penghargaan yang Tak Ternilai
Maioh ringgit-nya, jika dikalikan Rp4.093, memang tampak sebagai angka. Namun, bagi Ketua Pengerusi Lembaga Sastra Dayak, wang itu hanyalah simbol penghargaan, bukanlah harga.
Penghargaan dan capaian Jaya Ramba lebih dari sekadar materi. Capaian itu mewakili pengakuan atas dedikasi, ketekunan, dan keberanian dalam menulis serta menjaga tradisi sastra Dayak. Setiap ringgit yang diterima adalah cermin dari perjalanan panjang seorang penulis yang setia pada kata dan budaya.
Di balik angka nominal itu tersimpan nilai-nilai yang jauh lebih dalam: aanleg, bakat alami yang membimbing kreativitas; passion, cinta dan gairah yang tak pernah padam; serta berkanjang, keberanian untuk mengekspresikan identitas melalui tulisan. Ketua pengerusi menekankan bahwa menulis bukan sekadar profesi, tetapi panggilan hati. Melalui ujung pena, ia menari-narikan nilai-nilai, budaya, dan seni masyarakat Dayak, menjadikannya hidup dan terdengar oleh generasi sekarang maupun mendatang.
Penghargaan ini juga menegaskan pentingnya peran sastrawan dalam masyarakat. Lebih dari sekadar menerima simbol materi, ia adalah pengingat bahwa keberhasilan lahir dari kerja keras, cinta terhadap profesi, dan komitmen untuk menjaga warisan budaya.
Melalui karya-karya munsyi, penulis, dan pengarang Dayak, nilai, budaya, seni, dan kehidupan masyarakat Dayak dibawa ke dunia luar. Karya-karya tersebut menjadi bagian dari literasi yang hidup dan relevan. Selain itu, mereka mampu menginspirasi generasi muda untuk terus menghargai akar budaya mereka sendiri.
Pewarta/penulis: Rangkaya Bada
0 Komentar