Momentum Literasi pada Wisuda Angkatan Pertama STT Sehati Malinau
| Keterampilan Menulis itu perlu bagi STT Sehati Malinau. ist. |
Sekolah Tinggi Teologi (STT) Sehati Malinau, Kalimantan Utara, mengukuhkan komitmennya pada penguatan budaya literasi melalui penyelenggaraan Pelatihan Menulis dalam rangka wisuda angkatan pertamanya.
Kegiatan sedianya akan berlangsung pada 27 November 2025. Acara diselenggarakan di Tanjung Lapang, mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WITA dirancang menjadi bagian integral dari rangkaian perayaan akademik pertama sejak kampus tersebut berdiri.
Pelatihan ini menghadirkan tiga fasilitator nasional yang telah lama berkecimpung dalam dunia kepenulisan, yaitu Masri Sareb Putra, Pepih Nugraha, dan Dodi Mawardi. Kehadiran mereka tidak hanya menambah bobot akademik kegiatan, tetapi juga memberikan pengalaman langsung bagi para peserta mengenai proses kreatif, strategi penulisan, dan peran literasi dalam membangun peradaban.
Acara ini akan dibuka oleh Dr. Yansen TP., M.Si., seorang penggerak literasi yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan PSDMSM. Dalam sambutan pembukaan, Dr. Yansen akan menekankan perlunya mahasiswa teologi memiliki kemampuan menulis yang mumpuni, baik dalam konteks pelayanan gereja, keilmuan, maupun kehidupan publik. Menurutnya, menulis merupakan keterampilan dasar bagi para calon pemimpin gereja yang dituntut mampu memproduksi gagasan, menyusun argumentasi, serta mendokumentasikan pemikiran secara sistematis.
Momentum ini dinilai sangat penting bagi STT Sehati Malinau, mengingat wisuda angkatan pertama bukan hanya sebuah perayaan formal, tetapi tonggak sejarah akademik yang mempertegas posisi kampus tersebut dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan teologi di wilayah pedalaman Kalimantan Utara.
Kiprah Para Fasilitator dan Gagasan yang Dibagikan
Sesi pelatihan diisi oleh Masri Sareb Putra, salah seorang sastrawan Indonesia angkatan 2000 yang telah menerbitkan lebih dari 230 buku. Pengalamannya menulis dan meneliti budaya Dayak memberi warna tersendiri bagi para peserta. Dalam paparannya, Masri akan menekankan pentingnya integritas penulis, ketekunan riset, serta kemampuan mengubah pengalaman budaya menjadi karya tulis yang bermutu. Ia juga menyinggung kiprahnya sebagai bentuk kontribusi literasi di lapangan. Masri membawakan topik "Menulis tanpa Teori" dengan memaparkan pengalaman pribadinya.
Fasilitator kedua, Pepih Nugraha, membawa pengalaman panjangnya sebagai jurnalis Kompas dari tahun 1989 hingga 2016. Ia menjelaskan struktur tulisan jurnalistik, teknik reportase, serta etika penulisan yang diperlukan dalam dunia media. Pepih juga berbagi pengalaman bekerja dalam berbagai platform internasional setelah masa purnabakti, termasuk kiprahnya dalam menulis biografi dan membina komunitas menulis.
Dodi Mawardi, penulis lebih dari 100 judul buku, menutup rangkaian sesi dengan membahas strategi konsistensi menulis dan proses penyusunan naskah hingga penerbitan. Sebagai penulis buku laros, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino ia menyoroti pentingnya membangun disiplin menulis setiap hari dan menetapkan target produktivitas. Selain aktif menulis, Dodi juga dikenal sebagai asesor penulis dan direktur Sekolah Alam Cikeas Bogor.
Para peserta, yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan undangan umum, terlihat antusias mengikuti sesi demi sesi, bahkan terlibat dalam latihan penulisan singkat yang menekankan kemampuan menyusun paragraf efektif dan membangun alur narasi.
Komitmen STT Sehati Malinau Bentuk Tradisi Akademik Baru
Pelatihan menulis ini tidak dipandang sebagai agenda pelengkap wisuda, tetapi sebagai fondasi pembentukan tradisi akademik baru di STT Sehati Malinau. Selain mempersiapkan lulusan pertama yang mampu berpikir kritis dan menulis secara efektif, kegiatan ini juga menjadi titik awal pengembangan pusat kajian literasi di lingkungan kampus.
Dengan hadirnya tokoh-tokoh literasi nasional, STT Sehati Malinau mendapat dorongan signifikan untuk memperkuat kurikulum berbasis riset dan penulisan. Kegiatan ini juga semakin menegaskan peran lembaga pendidikan teologi dalam menghasilkan pemimpin gereja yang melek literasi, mampu berdialog dengan perkembangan zaman, serta berkontribusi pada pembangunan masyarakat, khususnya di wilayah perbatasan Kalimantan Utara.
Sebagai wisuda perdana, momen ini menjadi sejarah bagi kampus dan masyarakat Malinau. Semangat untuk menulis, meneliti, dan mendokumentasikan pengalaman pelayanan kini menjadi bagian dari identitas baru STT Sehati Malinau, sebuah institusi yang sedang bertumbuh dan bertekad hadir sebagai pusat pemikiran teologis yang relevan, humanis, dan berdaya ubah.
Pewarta: Rangkaya Bada
0 Komentar