Literasi dan Kesiapan Dayak Menghadapi Revolusi 5.0
![]() |
|
LiterasiDayak: Suku Bangsa Dayak, sebuah kelompok etnis yang beraneka ragam dengan 7 subrumpunnya, telah menjadi contoh luar biasa dalam perjalanan literasi di tengah masyarakatnya.
Dengan populasi mencapai 8 juta orang di seluruh dunia, Dayak tersebar di 3 negara: Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Meski terbelah oleh batas imajinasi geopolitik, yang diciptakan oleh suku pendatang bangsa kolonial dari seberang (Inggris dan Belanda); penduduk asli, atau suku asal, pulau terbesar ke-3 dunia yang luasnya dua kali Jerman (743.330 km²), sukubangsa asli (indigenous people of Borneo) itu tetap satu.
Sedemikian rupa, sehingga dalam pertemuan internaisonal seperti Kongres Internasional Kebudayaan Dayak (Bengkayang, 2017) dan Iban Summit II di Sekadau (Maret 2023) muncul dalam butir Deklarasi hal ini: Mengaku Satu Dayak!
Titik! Tidak ada perbantahan. Apalagi silang pendapat soal asal usul suku bangsa Dayak. Tinggal semakin diwujudkan kemanunggalan (penubuhan, dalam bahasa Malaysia) warga dari ketiga negara itu dalam berbagai fora dan berbagai bidang.
Tak syak lagi bahwa suku Dayak telah menorehkan catatan yang mengagumkan dalam pengembangan literasi, yang tidak hanya diukur dari segi kuantitas, tetapi juga kualitasnya.
Secara harfiah, literasi berasal dari kata "literacy," yang mengacu pada kemampuan membaca dan menulis. Namun, literasi Dayak tidak terbatas pada kegiatan tersebut semata.
Baca Literasi Dayak
Literasi Dayak dapat dirumuskan sebagai "Kemampuan motorik pancaindera dan olah ciptakarsa dalam memanfaatkan berbagai jenis bahan bacaan, baik yang berbentuk cetak maupun digital, demi kemajuan peradaban suku bangsa Dayak di berbagai aspek kehidupan. Ini mencakup sejumlah keterampilan yang mendasar, seperti membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang sangat penting dalam rutinitas sehari-hari."
Siapkah Dayak memasuki, sekaligus menghadapi Revolusi 5.0? Hanya ada sepatah saja saja, maka Dayak akan sembuh dari keterbelakangan, yakni: Siap.
Menariknya, Literasi Dayak mencakup enam jenis literasi dasar sesuai dengan yang ditetapkan oleh World Economic Forum di Davos, Swiss. Enam literasi ini mencakup literasi bahasa (baca tulis), literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya serta kewarganegaraan.
Baca Narasi Tentang Dayak Untuk Branding Dan Untuk Hidup
Dengan mencakup semua ini, suku Dayak menunjukkan ketangguhan mereka dalam mengembangkan beragam keterampilan yang sangat relevan dalam era informasi dan teknologi seperti sekarang ini.
Meski demikian, hal yang paling mengesankan dari Literasi Dayak adalah fakta bahwa mereka tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, melainkan juga produsen dan penggeraknya. Banyak anggota suku Dayak yang aktif terlibat dalam dunia literasi modern, memiliki akses ke media daring, dan membangun jejaring komunitas literasi. Bahkan, beberapa dari mereka hidup dari literasi dasar ini, menjadikannya sebagai pekerjaan atau sumber penghasilan.
Ini adalah bukti nyata bahwa suku Dayak tidak hanya mampu beradaptasi dengan perubahan zaman yang cepat, tetapi juga mampu bermain-main dengan gelombang perubahan tersebut. Mereka telah menemukan cara untuk tetap relevan dalam dunia modern sambil tetap mempertahankan warisan budaya dan identitas mereka yang kaya. Literasi, dalam makna yang paling luas, telah menjadi salah satu alat utama yang membantu suku Dayak mempertahankan kedudukan mereka dalam masyarakat yang semakin global dan terkoneksi erat ini.
Baca artikel terkait Mandau, Sejarah, Dan Evolusinya Hingga Era Digital
Dalam cerita luar biasa ini, suku Dayak memperlihatkan kepada kita semua pentingnya literasi dalam memajukan budaya dan peradaban suatu bangsa. Mereka mengingatkan kita bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang menjadi pemain aktif dalam merajut masa depan yang lebih cerah melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Suatu pelajaran yang dapat diambil dan diinspirasi oleh semua masyarakat di seluruh dunia.
Dayak siap menghadapi Revolusi 5.0.
Apakah yang dimaksudkan dengan Revolusi 5.0? Revolusi 5.0 adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan transformasi sosial yang menggabungkan elemen-elemen dari berbagai era revolusi industri sebelumnya, yaitu Revolusi Industri 1.0 (mesin uap), Revolusi Industri 2.0 (listrik dan produksi massal), Revolusi Industri 3.0 (teknologi informasi dan komputer), dan Revolusi Industri 4.0 (IoT, kecerdasan buatan, dan otomatisasi).
Revolusi 5.0 menggabungkan teknologi tingkat lanjut seperti kecerdasan buatan, bioteknologi, nanoteknologi, dan teknologi kuantum dengan tujuan menciptakan dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan interaksi sosial.
Suku Dayak adalah salah satu kelompok etnis asli di Indonesia, khususnya di Kalimantan (Borneo). Dayak memiliki budaya, tradisi, dan pengetahuan yang kaya dalam hal ekologi hutan hujan tropis, pertanian berkelanjutan, dan kehidupan di alam liar. Suku Dayak memiliki potensi besar untuk berperan dalam Revolusi 5.0 karena beberapa alasan:
Wilayah tempat tinggal suku Dayak di Kalimantan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Mereka memiliki pengetahuan tradisional yang luas tentang tanaman obat, tumbuhan pangan, dan sumber daya alam lainnya yang dapat menjadi kunci dalam pengembangan obat-obatan baru, pangan berkelanjutan, dan sumber energi terbarukan.
Suku Dayak secara historis telah hidup berdampingan dengan alam dan memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya konservasi lingkungan. Mereka dapat berperan dalam upaya menjaga ekosistem hutan hujan tropis yang semakin terancam.
Baca Literasi Dayak: Mengapa Dayak Harus Menulis Dari Dalam?
Manusia Dayak dapat memanfaatkan pengetahuan tradisional mereka untuk berkontribusi dalam pengembangan teknologi berkelanjutan, seperti penggunaan tanaman obat tradisional dalam pengobatan modern atau praktik pertanian berkelanjutan.
Revolusi 5.0 juga melibatkan pemberdayaan komunitas lokal. Suku Dayak dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan inovasi teknologi yang berkelanjutan sambil mempertahankan budaya dan tradisi mereka.
Suku Dayak juga dapat mengintegrasikan pengetahuan tradisional mereka dengan teknologi modern seperti kecerdasan buatan dan sensor untuk meningkatkan manajemen sumber daya alam dan pertanian.
Siapkah Dayak memasuki, sekaligus menghadapi Revolusi 5.0? Hanya ada sepatah saja saja, maka Dayak akan sembuh dari keterbelakangan, yakni: Siap.
Pastinya, dengan melihat situasi kondisi pada ketika ini, suku Dayak dapat berperan sebagai pelaku dalam Revolusi 5.0. Penduduk pemangku dan pewaris pulau Borneo dapat secara cerdas memanfaatkan pengetahuan dan kebijaksanaan mereka untuk menghadapi tantangan dan peluang yang dibawa oleh perkembangan teknologi tingkat lanjut.
Sembari itu tetap menjaga dan memelihara nilai adat dan warisan tradisi nenek moyang. Dan, satu anak kunci terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah: tetap menjaga kearifan lokal dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan secara holistik.(Rangkaya Bada)