Batu Ruyud Writing Camp 2023: Titik Kumpul 15 Pegiat Literasi Nasional
![]() |
|
Selain itu, pada tahun 2022, diadakan Batu Ruyud Writing Camp, yang merupakan sebuah kegiatan literasi yang dihadiri oleh 15 pegiat literasi nasional dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Selatan, Serang, Yogya, Solo, dan Pontianak.
Para pegiat literasi berkumpul selama seminggu (27 Oktober - 3 November 2022) di Krayan Tengah, perbatasan Indonesia - Malaysia di Kalimantan Utara.
Mengangkat Literasi di Perbatasan Indonesia-Malaysia
Tujuan dari Batu Ruyud Writing Camp ini adalah untuk berbagi pengetahuan tentang membaca, menulis, fotografi, dan yoga, dengan fokus pada peningkatan literasi masyarakat Indonesia, terutama di wilayah perbatasan yang terabaikan.
Dr. Yansen T.P., M.Si., adalah inisiator dari kegiatan ini. Pria Lundayeh tinggi besar itu dengan harapan untuk menyadarkan bahwa warga di wilayah perbatasan juga memiliki hak yang sama dan untuk meningkatkan tingkat literasi di seluruh Indonesia.
Krayan Tengah, di kabupaten Nunukan, adalah wilayah yang masih terisolasi dan sulit diakses, hanya bisa dicapai melalui pesawat terbang kecil dengan biaya yang tinggi. Warga di sana juga belum memiliki akses listrik dari PLN, sehingga mereka menggunakan tenaga surya atau genset berbahan bakar solar untuk penerangan di malam hari.
Kehadiran pegiat literasi nasional memberikan kebahagiaan kepada warga Krayan Tengah karena mereka merasa diakui dan memiliki kesempatan untuk menyampaikan suara serta aspirasi mereka.
Meneruskan Warisan Literasi Dayak
Perjalanan menuju Krayan Tengah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Tengah tidak mudah.
Para pegiat literasi nasional harus melewati beberapa perhentian dan menggunakan berbagai jenis pesawat serta transportasi darat, termasuk melewati jalan darat serta jembatan gantung di atas Sungai Krayan. Meskipun kegiatan literasi seperti ini jarang dilakukan di wilayah pelosok negeri, mereka berhasil mengungkapkan misteri di perbatasan negara.
Batu Ruyud Writing Camp ini adalah untuk berbagi pengetahuan tentang membaca, menulis, fotografi, dan yoga, dengan fokus pada peningkatan literasi masyarakat Indonesia, terutama di wilayah perbatasan yang terabaikan.
Semangat literasi harus terus berkobar, karena tingkat literasi yang tinggi adalah kunci untuk mencapai cita-cita nasional Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.
Batu Ruyud, sebuah peristiwa penting yang bukan hanya berhasil menghimpun para penulis dan pendukung literasi dari berbagai latar belakang etnis di Indonesia, tetapi juga mengukuhkan komitmen untuk memperkuat literasi Dayak yang telah berakar sejak zaman kuno. Dalam perhelatan ini, beberapa tokoh penting seperti Yansen TP dan Masri Sareb Putra, yang berasal dari suku Dayak, turut berperan aktif.
Baca Literasi Dayak: Prakondisi Hingga Jadi
Peristiwa Batu Ruyud menjadi momentum berharga yang menyatukan semangat berbagai penulis dan pemerhati literasi nasional, tanpa memandang etnis atau latar belakang budaya. Keberagaman ini mencerminkan kekayaan budaya Indonesia yang mempersatukan dalam upaya memajukan literasi dan penulisan.
Namun, yang lebih penting lagi, Batu Ruyud mencerminkan tekad untuk menghidupkan kembali warisan literasi Dayak yang telah tercatat dalam Prasasti Yupa di Muara Kaman, Kalimantan Timur, pada akhir abad ke-4 Masehi.
Prasasti ini merupakan bukti sejarah penting yang memberikan dasar untuk memahami kontribusi budaya Dayak dalam perkembangan literasi di Indonesia.
Dengan merujuk pada Prasasti Yupa, Batu Ruyud berupaya untuk menjaga dan memperkaya tradisi literasi ini, serta menginspirasi generasi muda Dayak untuk terus berkiprah dalam dunia penerbitan dan penulisan.
Dengan demikian, Batu Ruyud bukan hanya menjadi peristiwa penggalangan literasi yang berhasil, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam upaya pelestarian dan pengembangan literasi Dayak yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia.
Writing Camp di Batu Ruyud mendorong kolaborasi lintas budaya dan menunjukkan bahwa literasi adalah jembatan yang kuat untuk menyatukan berbagai elemen masyarakat dalam upaya bersama memajukan sastra dan pengetahuan di Indonesia.*)