Literasi Dayak: Prakondisi hingga Jadi

literasi, literasi Dayak, Dayak literat, ayak melek dalam banyak hal, penerbit Dayak, kongres internasional, Pulau Sapi, Malinau

Tidak ada yang tiba-tiba. Atau serba-kebetulan. Koinsidensia adalah peristiwa yang terpisah, tercerai berai. Dipisahkan oleh waktu. Dan disekat oleh tempat. Namun, semuanya menyatu, terangkai, membentuk sejarah.

Demikian Literasi Dayak jika dilihat dalam perspektif sejarah. Ia ada prakondisi. Tidak ujug-ujug. Sebab Literasi Dayak berada dalam ruang dan waktu.

Literasi Dayak bermula dari dorongan orang-orang atau penulis Dayak untuk "menulis dari dalam". Tjilik Riwut menjadi salah satu pelopor penting dalam perkembangan ini akhir tahun 1950-an dengan terbit sejumlah bukunya tentang Dayak dan Kalimantan. Tapak perjalanan literasi Dayak kemudian diteruskan oleh Fridolon Ukur pada tahun 1971. 

Kemudian, sosok-sosok seperti Ding Ngo melalui karyanya Syair Lawe dan terjemahan-terjemahan folklor Dayak turut memperkaya keberagaman literasi Dayak. Puncaknya Dayak dikenal ketika Korrie Layun Rampan menerbitkan novel Upacara pada tahun 1977, yang menyajikan nuansa khas Dayak secara menarik.
Labeling "Dajak" Di Masa Lalu

Mencuat penulis Dayak dari dalam, seperti: Usop, Thambun Anyang, Lambut, Lahadjir, JJ Kusni, dan Vedastus Riky.

Perkembangan literasi Dayak semakin pesat ketika Masri Sareb Putra merilis novel-novel bernuansa Dayak, seperti Flamboyan Kembali Berbunga (1987), Ngayau (2015), dan Keling Kumang (2016). Karya-karya tersebut memberikan warna baru bagi literasi Dayak dan mengangkat identitas serta cerita-cerita kearifan lokal masyarakat Dayak.
Baca Dr. Yansen TP, M.Si. Dan 7 Gagasannya Mengokohkan Eksistensi Dayak

Penulis Dayak seangkatan Masri adalah Nico Andas Putra, Edy Petebang, Djuweng, dan Paulus Florus.Mereka ini generasi emas yang produktif mengangkat topik Dayak bukan hanya dikenal di dalam negeri, melainkan sampai luar negeri. Karena dikenal dari tulisan, mereka ini diundang seminar, narasumber, dan menulis di level internasional.
Baca Sastrawan Dayak

Langkah berikutnya untuk mengokohkan diri dalam dunia literasi, komunitas Dayak membentuk badan penerbit bernama Lembaga Literasi Dayak di Jakarta, serta Sinar Begawan Khatulistiwa di Palangka Raya, dan Penerbit Sandu Institut di Pontianak. Dengan adanya badan-badan penerbit ini, karya-karya literasi Dayak semakin mudah diakses dan didistribusikan ke berbagai wilayah, sehingga semakin banyak orang dapat mengenal dan mengapresiasi sastra serta kekayaan budaya Dayak.

Salah satu hal penting yang menjadi motivasi di balik upaya literasi Dayak ini adalah untuk mengatasi bias dan mispersepsi yang sering terjadi dalam publikasi mengenai masyarakat Dayak terutama yang ditulis nonDsayak. Hal ini mengacu ke penelitian Cirino yang menyatakan ada 14 bias media, yang pertama bias datang dari: si penulisnya.

Puncak dari perjuangan literasi Dayak terjadi pada 22 November 2022, ketika 7 Deklarator di Batu Ruyud, Krayan Tengah, Kalimantan Utara menyatakan secara resmi Deklarasi Literasi Dayak. Pernyataan ini menjadi momen bersejarah dalam perjalanan literasi Dayak karena mencerminkan semakin kokohnya kesadaran akan pentingnya melestarikan dan mengembangkan warisan budaya dan pengetahuan masyarakat Dayak melalui tulisan dan karya-karya sastra.
Baca Literasi Dayak

Kini, literasi Dayak telah menemukan tempatnya dalam kancah sastra dan budaya Indonesia, membuktikan bahwa keberagaman suku dan budaya di Indonesia adalah kekayaan yang tak ternilai. Semangat literasi Dayak terus berkembang dan memberikan inspirasi bagi masyarakat Dayak dan seluruh bangsa Indonesia dalam mengenali serta mencintai budaya sendiri dan budaya orang lain.

Dr. Yansen TP, M.Si. patut dicatat sebagai tokoh di balik semakin kukuh, menggeliat, dan menyebarnya literasi Dayak. Bersama Masri Sareb Putra, M.A. dan Matius Mardani, M.Pd., Yansen membuat grup WA "Literasi Dayak" beranggotakan lebih dari 200 anggota dari berbagai negara termasuk Malaysia dan Brunei Darussalam. 

Selain itu, dibangun pula kanal berita dan informasi digital yang diberi nama Literasi Dayak dengan misi utama:  Dayak menulis dari dalam, membranding Dayak secara benar, informatif, dan edukatif sebab hanya: orang Dayak paling tahu siapa dirinya. Hal itu karena teryata dari publikasi selama ini orang luar menulis Dayak, banyak bias dan mispersepsi.

Dr. Yansen TP, M.Si. adalah tokoh penting yang patut dicatat sebagai salah satu pendorong kuat di balik semakin kukuh, menggeliat, dan menyebarnya literasi Dayak. Bersama dengan Masri Sareb Putra, M.A., dan Matius Mardani, M.Pd., Yansen berperan aktif dalam membentuk komunitas literasi Dayak melalui grup WhatsApp (WA) "Literasi Dayak" yang telah berhasil mengumpulkan lebih dari 200 anggota dari berbagai negara, termasuk Malaysia dan Brunei Darussalam. 

Melalui inisiatif ini, mereka berhasil menciptakan wadah berharga bagi para penulis, peminat sastra, dan pencinta budaya Dayak untuk berinteraksi dan berkolaborasi. Dayak hari ini literat (melek) bukan hanya dalam hal baca tulis, melainkan di bidang: finansial, kebangsaan, kebudayaan, media, dan politik.

Selain mendirikan grup WhatsApp Literasi Dayak, mereka juga berhasil mengembangkan kanal berita dan informasi digital dengan nama yang sama, "Literasi Dayak." 

Melalui kanal ini, mereka mengemban misi utama untuk memperkuat kesadaran dan identitas Dayak dengan cara memastikan bahwa cerita-cerita, pengetahuan, dan informasi tentang masyarakat Dayak dipresentasikan dengan benar, informatif, dan edukatif. 

Fokus utama dari gerakan Literasi Dayak adalah untuk memberdayakan orang Dayak agar mampu menulis dan menyampaikan perspektif mereka sendiri, karena hanya orang Dayak yang paling mengenal dan memahami jati diri mereka.

Salah satu hal penting yang menjadi motivasi di balik upaya literasi Dayak ini adalah untuk mengatasi bias dan mispersepsi yang sering terjadi dalam publikasi mengenai masyarakat Dayak terutama yang ditulis nonDayak. 

Hal ini mengacu ke penelitian Cirrino yang menyatakan ada 14 bias media, yang pertama bias datang dari: si penulisnya. Karena itu, Dayak harus "menulis dari dalam". Selain mereka yang paling tahu tentang dirinya (gnothi seauton).

Literasi Dayak yang kian menggeliat dan mewarnai
Dengan memberi kesempatan selebar-lebarnya bagi orang Dayak menyuarakan pengalaman mereka sendiri, gerakan ini berusaha menghadirkan gambaran yang lebih akurat tentang kehidupan, kultur, dan kearifan lokal masyarakat Dayak, sehingga informasi yang disajikan lebih dapat dipercaya dan menghormati keberagaman yang ada.

Dengan komitmen dan semangat perjuangan dari Dr. Yansen TP, M.Si., Masri Sareb Putra, M.A., dan Matius Mardani, M.Pd., gerakan "Literasi Dayak" terus tumbuh dan berpengaruh, memainkan peran penting dalam mendorong apresiasi terhadap literasi dan budaya Dayak, serta menyebarkan pesan-pesan kearifan lokal ini ke seluruh dunia. 

Kontribusi mereka dalam memperkuat identitas dan melestarikan kebudayaan Dayak melalui literasi patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk melakukan hal serupa dalam melestarikan warisan budaya dan pengetahuan suku-suku di Indonesia dan dunia.

Sasaran gerakan Literasi Dayak adalah untuk memberdayakan orang Dayak agar mampu menulis dan menyampaikan perspektif mereka sendiri, karena hanya orang Dayak yang paling mengenal dan memahami jati diri mereka.

Dengan komitmen dan semangat perjuangan dari Dr. Yansen TP, M.Si., Masri Sareb Putra, M.A., dan Matius Mardani, M.Pd., gerakan "Literasi Dayak" terus tumbuh dan berpengaruh, memainkan peran penting dalam mendorong apresiasi terhadap literasi dan budaya Dayak, serta menyebarkan pesan-pesan kearifan lokal ini ke seluruh dunia. 

Kontribusi mereka dalam memperkuat identitas dan melestarikan kebudayaan Dayak melalui literasi patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk melakukan hal serupa dalam melestarikan warisan budaya dan pengetahuan suku-suku di Indonesia dan dunia.

Kongres Internasional I Literasi Dayak 
Dalam persiapan menyongsong Kongres Literasi Dayak, Tim Inti yang terdiri atas tokoh-tokoh penting dalam dunia literasi Dayak menjadi garda terdepan. Dr. Yansen TP, M.Si. berperan sebagai penasihat dan pengarah, memberikan pandangan dan arahan berharga bagi kelancaran acara. Sementara itu, Masri Sareb Putra, M.A. bertindak sebagai Ketua, mengoordinasikan berbagai aspek yang terkait dengan kongres ini. Gat Khaleb, sebagai Wakil Ketua/Pelaksana, bertanggung jawab dalam mengorganisasi dan melaksanakan kegiatan kongres dengan cermat.

Kongres Literasi Dayak diadakan dalam rangkaian Festival Kebudayaan Dayak yang bertempat di Pulau Sapi, Kabupaten Malinau, pada akhir tahun 2023. 

Festival ini menjadi momen yang tepat untuk mengangkat literasi Dayak ke tingkat yang lebih tinggi dan menarik perhatian para penulis, munsyi (pencerita lisan), sastrawan, pekerja media, dan pegiat literasi dari seluruh dunia. Melalui dukungan dan sponsori dari Pemerintah Kabupaten Malinau, kongres ini dapat berjalan dengan sukses dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Peserta kongres dihadirkan dari berbagai latar belakang dan wilayah, mewakili keberagaman budaya dan pengetahuan Dayak yang begitu kaya. Diskusi dan sesi sharing yang dilakukan selama kongres memungkinkan para peserta untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan ide-ide kreatif dalam upaya melestarikan dan mengembangkan literasi Dayak.

Acara kongres ini juga menjadi momen penting untuk memperkuat jaringan dan kolaborasi antar komunitas literasi, tidak hanya dalam skala lokal tetapi juga global. Dengan demikian, kongres ini tidak hanya bermanfaat untuk masyarakat Dayak, tetapi juga menjadi panggung bagi para pegiat literasi dari berbagai belahan dunia untuk saling bertukar pengetahuan dan inspirasi.

Kongres Literasi Dayak di Pulau Sapi ini diharapkan dapat menjadi tonggak sejarah dalam perjalanan literasi Dayak, mendorong lebih banyak lagi orang untuk berkontribusi dalam melestarikan dan menghargai warisan budaya dan pengetahuan Dayak melalui tulisan dan karya sastra. 

Semangat kolaborasi dan kepedulian terhadap literasi Dayak yang dipelopori oleh Tim Inti dan diikuti oleh berbagai pihak dari dalam dan luar negeri menjadi simbol kebersamaan dalam mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dan kekayaan budaya Dayak ke aras yang lebih luas lagi.

Kongres Internasional Literasi Dayak: Kongres ini adalah suatu acara besar yang akan diadakan pada akhir tahun 2023 di Desa Wisata Pulau Sapi, Malinau. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Festival Kebudayaan Dayak.

Deklarasi Literasi Dayak: Awal mula literasi Dayak dimulai dengan Deklarasi Literasi Dayak yang terjadi di Batu Ruyud, Kecamatan Krayan Tengah, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, pada tanggal 2 November 2023. Deklarasi ini merupakan tonggak awal untuk pengembangan literasi Dayak.

Media Komunikasi WA Grup: Setelah Deklarasi Literasi Dayak, para deklarator membuat media komunikasi berupa grup WhatsApp (WA Grup) yang anggotanya terdiri dari penulis, pengarang, dosen, guru, munsyi, pekerja media, jurnalis, dan pegiat literasi, dengan jumlah anggota sekitar 300 orang. Grup ini digunakan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dalam pengembangan literasi Dayak.

Dengan menggabungkan konsep-konsep ini, kita dapat melihat bahwa Deklarasi Literasi Dayak menjadi awal dari gerakan literasi Dayak yang berkembang pesat dan melibatkan berbagai pihak, termasuk para penulis, pengarang, dosen, guru, munsyi, pekerja media, jurnalis, dan pegiat literasi. Gerakan ini mencapai puncaknya dalam Kongres Internasional I Literasi Dayak yang akan diadakan dalam rangka Festival Kebudayaan Dayak di Desa Wisata Pulau Sapi, Malinau, pada akhir tahun 2023. Kongres ini diharapkan menjadi forum penting untuk mempromosikan dan mengembangkan literasi Dayak secara lebih luas.

Hari ini, Dayak tidak lagi mengutip; melainkan: dikutip!*)

LihatTutupKomentar